Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kisah Inspirasi Nur Yanti Pangloli Anak Petani Dari Messawa Mamasa Meraih Double Degree di Belanda Dan Belgia

Selasa, 23 September 2025 | 04:54 WIB Last Updated 2025-09-22T21:54:38Z

Foto : Nur Yanti Pangloli S.Pi, M.Sc

Cctv86News ---- Di sebuah kota kecil bernama Messawa, Kabupaten Mamasa, lahirlah seorang anak petani yang sederhana. Namanya Nur Yanti Pangloli, putri bungsu dari pasangan Daud Pangloli dan Sugiati. Hidup dalam keluarga yang serba pas-pasan tak pernah membuatnya merasa kurang. Justru, dari tanah Mamasa yang subur dan kerja keras orang tuanya di ladang, ia belajar arti perjuangan dan harapan.


Kini, nama Nur Yanti bergema jauh hingga ke Eropa. Ia berhasil menorehkan prestasi membanggakan: meraih gelar Double Degree Master of Science (M.Sc) dari dua universitas ternama dunia, yakni Ghent University (UGent) di Belgia dan Wageningen University (WUR) di Belanda, dengan predikat magna cum laude dan IPK 3,79.


𝗝𝗲𝗷𝗮𝗸 𝗣𝗲𝗻𝗱𝗶𝗱𝗶𝗸𝗮𝗻: 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗠𝗲𝘀𝘀𝗮𝘄𝗮 𝗸𝗲 𝗗𝘂𝗻𝗶𝗮

Perjalanan pendidikannya dimulai dari SDN 001 Messawa, lalu berlanjut ke SMP Katolik Messawa. Sejak masa sekolah dasar, Yanti sudah menunjukkan minat pada kegiatan organisasi. Ia aktif di Pramuka dan pernah merasakan pengalaman berharga mengikuti Jambore Pramuka di Lombonan, Kabupaten Mamasa saat duduk di bangku SMP. Kegiatan itu menumbuhkan rasa percaya diri sekaligus jiwa kepemimpinan, modal penting yang terus terbawa hingga ke jenjang berikutnya.


Masa remaja membawanya ke Makassar, menempuh pendidikan di SMA Negeri 04 Makassar, hingga akhirnya diterima di Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin (Unhas).


Sejak kuliah, Yanti aktif dalam berbagai kegiatan, mulai dari Unit Kegiatan Mahasiswa bela diri Kempo untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga, Klub Selam, hingga program lingkungan seperti penyelaman saintifik, restorasi terumbu karang, dan aksi bersih lingkungan.


Tak hanya itu, ia juga sempat menjadi delegasi Unhas pada Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) di Bali tahun 2019, setelah menerima pendanaan dari DIKTI untuk penelitian. Pada tahun 2021, sembari bekerja, ia kembali mendapat kesempatan emas: beasiswa Bridging Course dari DIKTI. Program ini memberinya pelatihan menulis esai serta biaya untuk tes IELTS dan TOEFL—syarat penting menuju studi ke luar negeri.


𝗘𝗿𝗮𝘀𝗺𝘂𝘀 𝗠𝘂𝗻𝗱𝘂𝘀: 𝗝𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗸𝗲 𝗘𝗿𝗼𝗽𝗮

Langkah besar Yanti dimulai ketika ia diterima pada Programme Health Management in Aquaculture (AquaH), sebuah program bergengsi yang digagas oleh konsorsium empat universitas Eropa: Ghent University (Belgia), Wageningen University (Belanda), Norwegian University of Science and Technology (Norwegia), dan Universitat Autònoma de Barcelona (Spanyol).


Program ini didukung penuh oleh Uni Eropa melalui beasiswa Erasmus Mundus Joint Master’s Degree (EMJMD)—salah satu beasiswa paling kompetitif di dunia. Melalui program ini, mahasiswa berkesempatan belajar di lebih dari satu universitas Eropa.


Di semester pertama, Yanti menimba ilmu di Ghent University. Pada semester berikutnya, ia memilih spesialisasi Manajemen Kesehatan dan Pencegahan Penyakit pada Ikan di Wageningen University. Pilihan itu sejalan dengan minatnya terhadap isu lingkungan dan perikanan berkelanjutan. Dari situlah, ia berhak menyandang Double Degree dari dua universitas kelas dunia.


𝗜𝗻𝘁𝗲𝗿𝗻𝘀𝗵𝗶𝗽 𝗱𝗶 𝗦𝗽𝗮𝗻𝘆𝗼𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝗥𝗲𝗻𝗰𝗮𝗻𝗮 𝗦𝟯

Kisah akademik Yanti tak berhenti pada gelar masternya. Selama pendidikan S2, ia menjalani internship di Spanyol. Dari pengalaman itu, ia mendapat kesempatan yang sangat berharga: sebuah perusahaan di sana menawarinya untuk melanjutkan pendidikan S3 dengan beasiswa yang dibiayai langsung oleh perusahaan tersebut.


Namun, Yanti masih mempertimbangkan dengan bijak. Di satu sisi, tawaran itu adalah pintu emas untuk melanjutkan riset dan memperdalam ilmunya. Di sisi lain, ia juga berpikir untuk bekerja terlebih dahulu, sebelum kembali menekuni jalur akademik.


“𝑆𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑦𝑢𝑘𝑢𝑟, 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑢 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑟𝑐𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛. 𝑇𝑎𝑝𝑖 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛, 𝑎𝑝𝑎𝑘𝑎ℎ 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑢𝑙𝑢. 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑜𝑎,” 𝑢𝑗𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ ℎ𝑎𝑡𝑖.


𝗠𝗶𝗺𝗽𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗶𝘁𝗲𝗺𝗽𝗮 𝗣𝗲𝗿𝗷𝘂𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻

Di balik pencapaiannya, perjalanan Yanti tidak selalu mulus. Ia pernah merasa dirinya hanyalah mahasiswa “biasa-biasa saja”. Namun, tekadnya untuk memberi kontribusi pada perikanan berkelanjutan membuatnya terus melangkah. Topik penelitian yang ia pilih, baik di S1 maupun S2, selalu berfokus pada solusi ramah lingkungan—seperti pengembangan bahan aktif alternatif antibiotik dalam pencegahan penyakit budidaya ikan.


Motivasi itu lahir dari kegelisahan melihat kerusakan alam akibat praktik perikanan yang tidak ramah lingkungan di Indonesia. Ia ingin membuktikan bahwa ilmu pengetahuan bisa menjadi jalan menjaga alam, sekaligus menyejahterakan masyarakat.


𝗣𝗲𝘀𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗚𝗲𝗻𝗲𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗠𝘂𝗱𝗮 𝗠𝗮𝗺𝗮𝘀𝗮

Ketika ditanya soal pesan untuk generasi muda Mamasa, Yanti dengan rendah hati berkata:


“𝑆𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎, 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎-𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑗𝑎. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛, ℎ𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑐𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑚𝑝𝑖 𝑠𝑎𝑦𝑎. 𝑆𝑎𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑑𝑎 𝑀𝑎𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑛𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑖𝑚𝑝𝑖 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖, 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑠𝑖𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑎𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑛𝑖 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ.”


Ia mengingatkan, cinta terhadap tanah kelahiran harus diwujudkan dengan kepedulian dan pengetahuan. “𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑖𝑟𝑖. 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑒𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔-𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑛𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛. 𝐵𝑖𝑙𝑎 𝑛𝑖𝑎𝑡 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑡𝑢𝑙𝑢𝑠, 𝑇𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔-𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎,” 𝑢𝑗𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎.


𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗟𝗮𝗱𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲 𝗟𝗮𝗯𝗼𝗿𝗮𝘁𝗼𝗿𝗶𝘂𝗺 𝗗𝘂𝗻𝗶𝗮

Kisah Yanti adalah cermin bahwa anak petani dari pelosok Mamasa pun bisa berdiri sejajar dengan mahasiswa internasional. Dari ladang sederhana di Messawa, ia melangkah hingga ke laboratorium riset di Eropa. Dari tangan yang pernah membantu orang tuanya bercocok tanam, kini ia meneliti inovasi untuk menyelamatkan ekosistem perikanan dunia.


𝐷𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑡𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑑𝑒𝑟ℎ𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛, 𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑦𝑎𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛: 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝑚𝑖𝑚𝑝𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑡𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑠𝑎𝑙-𝑢𝑠𝑢𝑙.

𝑳𝒆𝒐 𝑴𝒅𝑩